Senin, 22 Agustus 2011

Syekh H. Abdush Shamad Bakumpai

Syekh H.Abdusshamad Bakumpai bin Mufti Haji Jamaluddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dilahirkan pada tanggal 24 Dzulqa'idah 1237H bertepatan dengan tanggal 12 Agustus 1822 M di Kampung Penghulu Tengah Marabahan dari seorang ibu Sholehah yang bernama Samayah binti Sumandi,seperti cucu cucu Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari masa kecil berlimpahan ilmu dari keluarganya hingga ketika dewasa ia cuma belajar dengan orang tuanya sendiri yang sangat alim,tapi setelah dirasa cukup barulah ia dikirim kepada pamannya di dikampung Dalam Pagar Martapura,setelah beberapa tahu di Martapura iapun kembali ke Marabahan untuk mengemban misi dan menyebarkan ajaran Islam keberbagai pelosok daerah sekitarnya,beliau kawin dengan seorang perempuan yang bernama Siti Adawiyah binti Buris dan melahirkan 4 orang anak masing masing bernama :
- Zainal Abidin
- Abdurrazak
- Abu Thalhah
- Siti Aisyah
Meskipun sudah mempunyai anak 4 orang namun hasrat beliau belajar ilmu ilmu agama makin membara yang mana kemudian membawa beliau ke sumbernya ilmu yakni ke Tanah Suci Mekkah,beliau berangkat dengan anaknya yang bernama Abdurrazak,sedangkan anaknya yang bernama Abu Thalhah dibawa ke Martapura oleh sepupu beliau H.Muhammad Thasin bin Mufti H.Jamaluddin untuk dididik ilmu agama,setibanya di Mekkah beliau berumpa dngan keponakan beliau yang bernama H.Jamaluddin bin H.Ahmad Kusyasyi yang telah menimba ilmu sekitar 20 tahunan di Tanah Suci,adapun diantara guru guru beliau waktu disana adalah:

  1. Syekh Sulaiman al-Zuhdi an-Naqsyabandi (guru dalam ilmu hakikat dan dari guru beliau inilah mendapatkan ijazah Tareqat Naqsyabandiyah Qadiriyah)
  2. Syekh Sulaiman Muhammad Sumbawa (salah seorang murid Maulana Syekh Muhammad saleh Rais asy-Syafi'i Mufti Mekkah mendapatkan ijazah Thareqat Syadziliyah)
  3. Syekh Khatib Sambas
Setelah 8 tahun beliau beliau mengaji di Mekkah maka keluarlah ijin dari guru gurunya  agar mengajarkan ilmu ilmu ke masyarakat dikampung halamannya,kemudian beliau menyampaikan hal ini kepada keponakannya yakni H. Jamaluddin, betapa terkejutnya keponakan beliau ketika mendengar hal ini,karena menurut hematnya pamannya ini belum lama menuntut ilmu hingga belum banyak ilmu yang pamannya dapatkan di Mekkah,ia kemudian berkata " Wahai paman..mengapakah paman ingin sekali segera pulang,sedangkan paman baru 8 tahun berada disini,sedangkan ananda yang sudah hampir 30 tahun belum terbersit untuk pulang kampung,karena ananda merasa masih sedikit mempunyai ilmu " kata sang keponakan.menurut riwayat setelah terjadi pembicaraan itu keduanya bersama sama melaksanakan sholat berjamaah,selaku imam adalah Syekh Abdush Shamad,pada saat Syekh Abdush Shamad mengangkt takbir maka hilanglah jasadnya,namun ketika menjelang salam tampaklah kembali jasad Syekh Abdush Shamad dihadapan keponakannya,sangatlah kaget dan heran H.Jamaluddin melihat peristiwa ini akhirnya mengertilah ia akan keadaan pamannya yang sudah mencapai maqam para Aulia,maka setelah sholat selesai mereka berdua ber mudzakarah atau berbincang bincang tentang ilmu agama,saat itulah beliau mengatakan bahwa guru guru Syekh Abdush Shamad memberikan ilmu ilmu kepadanya tidak seperti layaknya orang orang kebanyakan,namun dengan cara menumpahkan seluruh ilmunya kedadanya (baluruk istilah bahasa banjar)sehingga dengan demikian ia dapat dengan cepat menghimpun ilmu ilmu Syariat Thariqat Hakikat dan Ma'rifat dalam waktu yang relatif singkat.
sepulang dari Tanah Suci beliau langsung pulang kekampung halamannya di Marabahan,kemudian ia mengajarkan serta berdakwah di Marabahan dan sekitarnya hingga ramailah para penuntut ilmu yang datang kepadanya dan tak terhitung masyarakat suku Dayak disepanjang sungai Barito yang akhirnya memeluk Islam dihadapan beliau,tak lupa beliau membangun sebuah langgar dan pemondokan untuk para muridnya tak jauh dari rumahnya,selain itu bliau juga mmbangun tempat khalwat dibelakang rumahnya (sekarang menjadi tempat kubah maqamnya),setiap bulan Ramadhan banyak berdatangan para ulama dari Martapura, Banjarmasin, Rantau dan Hulu Sungai serta dari berbagai daerah untuk mempelajari ilmu Thareqat serta ikut berkhalwat, pada akhirnya karena keluasan ilmu beliau maka diangkatlah beliau menjadi Qadhi Bakumpai hingga masyur nama beliau dipanggil Qadhi H.Abdush Shamad Bakumpai.
diantara murid murid beliau yang terkenal diwilayah itu adalah
- H.Syibawaihi (H.Bawai)
- H.Asqalani (salah satu keturunan beliau)

diantara isteri isteri bliau yang lain adalah
- Hj.Ayu binti Khalifah Hasanuddin (tidak dikarunia anak)
- dengan Arfiyah binti sailillah (juga tidak mempunyai keturunan)
- dengan Markamah mendapatkan anak:
  1. Siti Hafsah
  2. Siti Maimunah
  3. Qadhi H.Jafri
Setelah beberapa lama mengajar,berkiprah meneruskan jejak langkah orang tua dan kakeknya akhirnya pada malam Rabu 13 Syafar 1317 H / 22 Juni 1899 rohnya yang suci dipanggil yang Maha Kuasa dalam usia 80 tahun.Qadhi al-Mursyid fit Thariqah Haji Abdush Shamad Bakumpai al-Banjari yang banyak jasanya menyebarkan islam kepada suku Dayak dipesisir daerah aliran Sungai Barito di makamkan di Kampung Tengah Marabahan.
kalau ada kekurangan dalam penyampaian riwayat ini alfaqir mohon maaf ampun sebesar besarnya kepada saudaraku semua, wabillahi taufik wal hidayah Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sumber : Ulama Berpengaruh kalimantan Selatan
Tulisan diambil dari Halaman Kisah Para Datu dan Ulama Kalimantan

Syekh Abdurrahman Shiddiq Al-Banjari Sapat Indra Giri

Syekh Abdurrahman Shiddq Al-Banjari Sapat Indra Giri dilahirkan ditahun 1857 M,di desa Dalam Pagar martapura kalimantan Selatan,beliau lahir di akhir masa pemerintahan Sultan Adam Al-Watsiq billah bin sultan Sulaiman Al-Mu'tamidillah,ayah beliau adalah Syekh Muhammad Afif (Datu Landak)bin Anang Mahmud bin H.Jamaluddin bin Kyai Dipasunda bin Pardi (Pangeran Diponogoro),sedang ibunya adalah Syafura binti Mufti H.Muhammad Arsyad Lamak Pagatan bin Mufti H.Muhammad As'ad putra Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari,ketika beliau berusia 3 bulan ibunya meninggal dunia dan kemudian diasuh oleh saudari ibunya yang bernama Sa'idah,didalam asuhan bibinya dan juga nenek kakeknya (Syekh Muhammad Arsyad Lamak),kakeknya ini meinggal ketika usianya baru sekitar satu tahun dan mulai saat itu hingga dewasa beliau diasuh oleh neneknya yang bernama Ummu Salamah,neneknya ini adalah seorang perempuan sholeh yang berilmu pengetahuan dan suka beribadah, maka dalam pemeliharaannya itu Abdurrahman kecil di didik serta diajari membaca Al-Qur'an,kemudian setelah dewasa barulah beliau disuruh belajar ilmu agama ke Dalam Pagar Martapura,guru guru beliau di Dalam Pagar antara lain 
- KH. Muhammad Said Wali
- KH. Muhammad Khatib
- KH. Abdurrahman Muda
setelah sekian lama belajar dikampung halaman maka beliau berkeinginan menuntut ilmu ketanah suci,menurut riwayat sebelum beliau pergi ke Tanah Suci Mekkah beliau berdagang emas perak dan permata hingga keluar daerah hingga ke Pulau Bangka,Sumatera Selatan,padang Sumatera Barat,setelah dirasa cukup oleh beliau untuk melaksanakan cita cita beliau menuntut ilmu ke Tanah Suci dengan ijin dari orang tua dan keluarganya akhirnya pada tahun 1887 M beliau berangkat ke Tanah Suci Mekkah, diantara guru guru beliau di Mekkah adalah 
- Sayyid Bakri Syatha
- Sayyid Ahmad Zaini Dahlan
- Syekh Muhammad Sa'id Ba Bashil
- Syekh Nawawi Al-Bantani
beliau bermukim di Mekkah sekitar 7 tahun,5 tahun belajar ilmu agama 2 tahunnya beliau mengajar (tawliah)di Masjidil Haram,dan pada waktu disana lah salah satu gurunya menambahkan nama dibelakang dengan Ash-Shiddiq,dalam salah satu riwayat beliau pulang ke kampung pada tahun 1894 M setelah mendapatkan ijin dari guru guru beliau,beliau pulang ke Indonesia dengan salah satu sahabatnya di Mekkah yaitu Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi,setelah sampai di Batavia mereka berpisah menuju daerah masing masing,kedatangan Syekh Abdurrahman Shiddiq disambut dengan sangat meriah oleh masyarakat dan sanak kerabat beliau,walaupun ada sedikit kesedihan karena orang yang selama ini mengasuh beliau yaitu neneknya telah berpulang ke Rahmatullah waktu beliau masih menuntut ilmu di Mekkah,dan setelah setahun beliau berada di Martapura Kalimantan Selatan beliau pindah ke Sumatera bersama keluarganya.
Indra Giri adalah sebuah kerajaan yang terletak di kepulauan Riau (sumatera) dulu ke Sultanan nya dibawah Sultan Kerajaan Johor Malaysia,disini lah beliau memilih tinggal di sebuah kampung yang bernama Sapat,dikampung ini beliau membuka lahan pertanian dan perkebunan serta membuat irigasi untuk pengairan sawah sawah,dengan demikian banyaklah orang orang berpindah kekampung ini dan akhirnya ramailah kampung tersebut dan ramailah penduduknya,namun hal ini tidaklah melupakan beliau untuk mengajarkan ilmu ilmunya kepada masyarakat setempat hingga masyhur lah nama beliau kesegenap pelusuk negri,hingga pada suatu hari datanglah utusan dari Istana Kerajaan Negri Indra Giri menemuinya untuk menyampaikan undangan dari Sultan Mahmud Syah supaya beliau berkunjung ke Istana Kerajaan,pada saat pertemuan mereka Sultan meminta beliau supaya mau menjadi Mufti Kerajaan Indera Giri karena keluasan ilmu beliau,pada mulanya beliau menolak,memang sebelum nya iya juga pernah ditawarkan jabatan Mufti oleh gurunya yaitu oleh Habib Utsman bin Yahya Betawi Jakarta yang pada saat itu menjabat sebagai Mufti,tapi tawaran itu beliau tolak dengan halus,adapun di Indera Giri Sultan Mahmud Syah berulang kali mengharap beliau agar menerima tawaran itu,semula ia menolak tapi setelah Sultan memohon dengan berdasarkan kepentingan umat akhirnya beliau menyetujuinya.disamping mengajar dan berdakwah beliau sempat pula mengarang berbagai macam kitab seperti kitab Tauhid,Fiqih,Tasawuf serta kitab kitab lainnya yang berkaitan dengan agama,diantara karangan beliau adalah:
1.Aqa'idul Iman
2.Fathul Alim
3.Amal Ma'rifat
4.Maw'izha lin Nafsi
5.Majmu'ul Ayat wal Hadits
6.Takmilah Qawlul Mukhtashar
7.Asrarus Shalah
8.Kumpulan Khutbah Jum'ad dan Dua Hari Raya
9.Bay'ul Hayawan lil Kafirin
10.Kitabul Fara'idh
11.syair Ibarat Khabar Kiamat
12.Syajarah al-Arsyadiyyah
13.Pelajaran Agama Islam Untuk Anak-Anak
menurut salah seorang keturunannya,selama Syekh Abdurrahman Shiddiq menjabat sebagai Mufti beliau tidak pernah menggunakan gaji jabatannya untuk dirinya,gaji tersebut beliau bagi bagikan kepada orang orang yang memerlukannya,adapun untuk biaya hidup sekeluarga beliau dapat dari hasil kebun dan pertanian beliau sendiri,bahkan dari hasil itu banyak murid murid yang beliau tanggung biaya hidupnya,setelah sekian lama beliau bermukim di Sapat Indera giri,maka terakhir kali ia datang ke Martapura Kalimantan Selatan untuk ziarah ke makam datuknya Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari,tak berapa lama setelah kembali ke Sapat Indera Giri beliau pun jatuh sakit,maka pada hari senin tanggal 4 Sya'ban 1356 H ,bertepatan dengan tanggal 10 Maret 1939 M roh nya yang mulia kembali ke Rahmatullah dalam usia 82 tahun,jasadnya dimakamkan di kampung Hidayat Sapat Indera Giri.
Kepergian beliau ke Hadirat Sang Khaliq membawa amal bakti yang tak ternilai harganya,karena dimasa hidupnya yang hanya menuntut ilmu dan beribadah serta mengajak orang orang ke jalan Allah SWT. Subhanallah ...mudah mudahan kita semua dikumpulkan dengan orang orang sholeh di akhirat nanti...amiin Ya Robbal Alamin...cukup sekian yang saya sampai kan,kalau ada kekurangan atau atau kesalahan dalam penulisan riwayat ini alfaqir mohon maaf ampun sebesar besarnya wabillahi taufik wal hidayah assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sumber : - Riwayat Singkat syekh H.Abdurrahman Shiddiq mufti Indera Giri (Anis Syihab AM)
               - Ulama Berpengaruh Kalimantan Selatan

Tulisan diambil di Halaman Kisah Para Datu dan Ulama Kalimantan

Mufti Haji Jamaluddin Al-Banjari

Salah satu keturunan dari Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang mencapai maqam kewalian adalah Mufti Jamaluddin Al-Banjari,beliau dilahirkan dari seorang ibu keturunan cina yang bernama Go Hwat Nio atau sering dipanggil Tuan Guwat putri dari Kapten kodok dan beliau memeluk islam dihadapan Syekh Muhammad Arsyad sendiri,dari istri nya tersebut beliau mempunyai anak 6 orang,masa kecilnya penuh berlimpahan ilmu dari orang tuanya sendiri,dan mendapatkan pendidikan agama islam secara mendalam dari Datu Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari,hingga beliau sangat alim dan diangkat oleh kerajaan Banjar yang menjadi seorang Mufti,yang mana untuk mencapai hal tersebut seseorang harus diakui keluasan ilmunya.
Beliau 6 bersaudara kandung dari ibunya yaitu :
1. Asiah
2. Khalifah H.Hasanuddin
3. Khalifah H.Zainuddin
4. Raihanah
5. Hafsah
6. Mufti H.Jamaluddin Al-Banjari
Mufti H.Jamaluddin mulanya kawin dengan seorang perempuan sholehah bernama Bulan di Pakauman dan dikarunia 7 orang anak,kemudian menikah lagi di Bakumpai Marabahan dan mendapatkan putra yaitu Syekh Abdus Shamad Bakumpai Al-Banjari yang nantinya menjadi seorang Qadhi dan terkenal akan kewaliannya, kemudian menikah lagi di Nagara mendapatkan 5 orang anak, lalu menikah lagi dengan Aisyah di Wasah dan Nurifah di Amuntai namun dari keduanya tidak mempunyai keturunan.
Selain sebagai Mufti dikerajaan Banjar,beliau juga giat mengajar baik dari kalangan awam maupun kalangan istana, diantara murid beliau adalah sultan Adam Al-watsiq Billah dan Pangeran Nata, Mufti H.Jamaluddin paling besar pengaruhnya pada masa pemerintahan Sultan Adam (1825-1857 M), beberapa peneliti sejarah berpendapat bahwa Undang Undang Sultan Adam (1251 H/1835 M)adalah banyak dipengaruhi pendapat dan pandangan dari Mufti H.Jamaluddin, sebagai bukti pada pasal 31 terdapat namanya, seperti tertulis berikut "Sekalian kepala kepala jangan ada yang menyalahi pitua Haji Jamaluddin ini,namun orang lain yang menyalahi apabila ikam tiada kawa manangat lakas lakas ikam bapadah kayah aku."pasal ini tertulis sangat panjang. menurut catatan Abdurrahman SH, Mantan Hakim Agung Indonesia ia menyimpulkan pasal 31 tersebut bahwa "tentang tata pemerintahan hanyalah bagian pertama saja, sedangkan bagian akhir adalah mengenai nazar,tetapi yang penting disini adalah suatu hal yang luar biasa bagi seorang ulama kalau fatwanya dimasukkan kedalam salah satu pasal dari pada undang undang kerajaan ,sehingga mempunyai otoritas tersendiri sebagai hukum negara suatu hal yang jarang terjadi dimana mana".
selain hal diatas beliau adalah juru damai perselisihan dikeluarga kerajaan Banjar dan pemegang "Surat Wasiat Sultan Adam", pada desember 1855 Sultan Adam menulis surat wasiat yang kandungannya mengatakan bahwa pengganti beliau yang menjadi Sultan di kerajaan banjar adalah pangeran Hidayatullah, kepada putranya yaitu Pangeran Prabu Anom dan cucunya pangeran Tamjidillah diancam hukuman mati apabila menghalangi surat wasiat itu,dan yang memegang surat wasiat itu adalah Mufti H.Jamaluddin Al-Banjari.
Karya Mufti H.Jamaluddin yang paling terkenal diseluruh dunia melayu ialah "Perukunan Jamaluddin",pada semua cetakan Perukunan Jamaluddin dapat dipastikan bahwa kitab tersebut memang karya beliau,pada data awal perukunan yang dinisbahkan sebagai karya Mufti H.Jamaluddin Al-Banjari  yang dicetak oleh Mathba'ah al-Miriyah al-Kainah Mekkah 1315 H/1897 M pada kulit depan tertulis "Ini kitab yang bernama Perukunan karangan Asy-Syekh Al-'Alim Mufti H.Jamaluddin ibnu Almarhum Al-Alim Al-Fadhil asy-Syekh Muhammad Arsyad Mufti Banjari" Karya Mufti H.Jamaluddin al-Banjari lainnya adalah kitab Bulugh Al-Maram fi Takhalluf Al-Muafiq fi Al-Qiyam (1247 H/1831 M).
Al-'Alim Al-Allama Mufti Haji Jamaluddin putra Syekh muhammad Arsyad Al-Banjari wafat di Martapura dan dimakam kan di desa Kalampayan didalam kubah sang ayah pada baris keenam.Wallahu A'lam mudah mudahan amal ibadah beliau diterima disisi Allah dan kita semua bisa mengikuti akhlak beliau dan bisa berkumpul dengan orang orang sholeh di akhirat nanti ..amiiin Ya Robbal Alamin..salah khilaf alfaqir mohon maaf sebesar besarnya wabillahi taufik wal hidayah Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sumber : -Ulama berpengaruh Kalimantan selatan
              -Mufti Jamaluddin al-Banjari ahli Undang Undang Kerajaan Banjar
              -Wan Mohd.Abdullah Shagir

Tulisan diambil di Halaman Facebook : Kisah Para Datu dan Ulama Kalimantan